Monday, March 30, 2015

Sejarah Perkembangan Islam di New York


masjid islam di new yorkSejarah Masuk Islam di Kota New York

Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16, dimana Estevánico dari Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Walau begitu, kebanyakan para peneliti di dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering disebut "gelombang", sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang menyebabkan gelombang ini.

Populasi Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, dimana sebagain besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.

Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16, Álvar Núñez Cabeza de Vaca.

Selama tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada.[6] Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam. 

Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875 dan1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang menjadi Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, dimana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah. Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan memberlakukan "sistem kuota negara asal". Periode imigrasi ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah. Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama.

Masjid adalah tempat ibadah utama bagi seorang Muslim. Di AS, ada sekitar 1.209 Masjid, dimana yang terbesar adalah Islamic Center of America yang terletak di Dearborn, Michigan. Dibangun pada 2005, Masjid ini dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah yang terus tumbuh di wilayah itu. Hanya kurang dari 100 unit yang benar-benar dari awal dirancang sebagai Masjid, kebanyakan jamaah Islam di AS pada awalnya beribadah di bangunan-bangunan yang semula didirikan untuk tujuan lain, seperti bekas stasiun pemadam kebakaran,teater, gudang, dan toko.


Perkembangan islam di New York


muslim new york amerika

Perkembangan Islam di Amerika Serikat cukup mengembirakan. Sebuah survey mencatat, kini terdapat lebih 1.000 masjid. Bahkan, separuhnya dibangun dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini. Tak hanya itu, tragedi runtuhnya WTC juga membuka pintu lebih dalam bagi warga Amerika untuk mengenal Islam.

The Islamic Culture Centre of New York, salah satu tempat ibadah dan pusat kegiatan komunitas Muslim di kota metropolitan, New York. Islamic Centre disini memainkan peran penting untuk melayani kebutuhan kaum Muslim dan non Muslim. Kegiatan semacam konferensi, weekend school, summer school atau dialog antar agama, rutin diadakan.

Isu terorisme global yang hingga kini masih terdengar gaungnya, sempat membuat sibuk para pengurus Islamic Centre. Situasi sulit seperti itu, banyak dihadali kaum imigran, dimana mayoritas kaum Muslim Amerika adalah imigran. Dari 1.209 masjid yang tersebar di US, partisipan terbesar mencapai 90 % dikunjungi Muslim keturunan Asia, African American dan Timur Tengah. Sisanya dari Eropa dan hanya 1,6 % saja Islam Amerika yang berpartisipasi.

Kebijakan-kebijakan pemerintah US atas para pendatang ini, juga mempengaruhi gaya hidup kaum Muslim imigran. Menyikapi hal ini, kaum Muslim merasa perlu ikut andil dalam proses politik di Amerika. Sebuah survey yang digelar belum lama ini menunjukkan tingginya minat kaum imigran Muslim mencapai 70 % setuju ikut memilih penentu kebijakan pemerintah Amerika Serikat di masa mendatang.

Komunitas Muslim di Amerika menjadi salah satu bagian keragaman budaya setempat. Islam masuk ke Amerika dibawa oleh para budak asal Afrika yang bekerja di perkebunan-perkebunan di bagian selatan Amerika pada abad ke-18 dan 19 lalu. Di Kota New York sendiri, diperkirakan Islam telah masuk satu abad silam.

Sebagai kota terbesar di Amerika, New York menjadi tuan rumah bagi berbagai kelompok etnis Muslim. Partisipasi kaum Muslim dalam roda perekonomian kota bervariasi, mulai dari pekerja kasar di pelabuhan, pedagang, entertainer, menjadi tenaga profesional hingga pemilik perusahaan-perusahaan penting. Bangunan-bangunan masjid, munculnya berbagai organisasi Islam di New York, toko-toko milik kaum Muslim menambah semarak nafas kehidupan di New York City.


referensi :
-http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Amerika_Serikat
-http://www.indosiar.com/ragam/islam-di-new-york-city_39328.html

Sejarah Perkembangan Islam di Konawe - Kendari

Tidak begitu banyak sumber mengenai proses masuknya agama islam di Konawe, Kendari - Sulawesi Tenggara. Namun pada tulisan kali ini saya akan mencoba membahas proses masuknya islam dari sumber-sumber yang saya dapat.

Masuknya agama islam di kerjaan konawe pada akhir abad ke-16 yaitu kurang lebih 16 tahun setelah kesultanan Buton menerima Islam. Islam masuk di Kerajaan Konawe secara tidak resmi pada masa pemerintahan Tebawo (sangia inato) khususnya di daerah-daerah pesisir pantai yang langsung berhubungan dengan pedagang-pedagang dari luar. Namun agama islam yang dibawa para pedagang belum dapat diterima masyarakat kerajaan konawe, sebab pada saat itu masyarakat masih menganut animisme dan dinamisme.
Pada masa pemerintahan Mokole Lakidende (Raja Lakidende II) sekitar abad ke-18 agama islam mulai diterima oleh masyarakat kerjaan konawe. Beliau mendapat gelar Sangia Ngginoburu, karena beliau sebagai raja Konawe pertama yang memeluk islam. Pada masa pemerintahan ayahnya Maago Lakidende sudah belajar agama islam dipulau Wawonii, bahkan ketika beliau diangkat menjadi raja di konawe beliau tidak berada di tempat, tetap sementara di pulau wawonii. Dan dilanjutkan dengan memperdalam seni baca Al-Qur’an di Tinanggea. Selama memperdalam pengetahuan agama islam pelaksana sementara raja Konawe adalah Pakandeate dan Alima Kapita Anamolepo sebagai pejabat sementara pada abad yang sama. Kemudian dilanjutkan oleh Latalambe, Sulemandara merangkap pelaksana sementara raja Konawe dan We Onupe pejabat sementara masing-masing pada abad ke-19.

Baca Juga : Sejarah Masuk Islam di Kepulauan Buton - Sulawesi Tenggara

Lakidende kemudian menikah dengan Wemanipa (waalumina) putri dari Imbatosa di Ngapaaha (Dokumenta, 1977). Dari Tinanggea kemudian beliau kembali ke unaaha untuk menerima jabatan yang telah disepakati oleh dewan kerjaan dan mengangkat Latalambe sebagai perdana menterinya.

Penobatan Lakidende sebagai Mokole di Konawe mempengaruhi perkembagan agama islam di kerjaan konawe. Mokole sangat mencintai agama islam dan sangat patuh menjalankan syariat islam dan dalam kedudukannya sebagai mokole sangat mendukung usaha penyebaran islam dikalangan rakyatnya.

Dalam proses masuknya islam di indonesia umumnya dan kerajaan konawe khususnya tidak menimbulkan pertentangan dikalangan masyarakat meskipun masyarakat indonesia telah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Dengan demikian islam masuk secara damai, jadi masyarakat tidak marasa dipaksa dan lama kelamaan kebudayaan islam sedikit demi sedikit masuk dalam pola kehidupan masyarakat. Disamping itu didukung adanya toleransi dari para penyiar islam tersebut.

Pusat-pusat penyiaran islam di kerjaan konawe dimulai di pesisir pantai antara lain pantai tinanggea, kolono, torobulu, ngapaaha, lasolo, dan muara sampara. Setelah itu barulah islam masuk di daerah-daerah pedalaman termasuk di pusat kerajaan konawe di unaaha.

Sebagaimana diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mokole Lakidende pedagang-pedagang dari bugis dan buton semakin ramai mengunjungi kerajaan konawe. Disamping itu berdagang mereka juga rajin menyiarkan agama islam sehingga masyarakat semakin giat belajar Al-Qur’an.

Sumber referensi :
http://bloghistoris.blogspot.com/2010/12/latar-belakang-masuknya-islam-di.html
Abudllah, Nurdin (2009). Silsilah Tolaki “Kukuaha”. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.

Sejarah Perkembangan Islam di India

Sejarah Masuk Islam di India


Islam yang masuk ke India pada abad ke-7 disebarkan melalui beberapa saluran. Saluran pertama adalah melalui kegiatan perdagangan, kemudian mendirikan kerajaan dan sekaligus bersamaan dengan itu datang pula para penyebar Islam (da’i / muballigh) yang mendakwahkan agama Islam kepada masyarakat India.
Dengan penyebaran Islam seperti itu, maka masyarakat Islam India wakut itu dapat dibagi menjadi dua:
  1. Golongan keturunan asing yang datang ke India membawa agama Islam.
  2. Golongan penduduk asli yang tadinya memeluk suatu agama tertentu dan kemudian masuk Islam melalui berbagai cara dakwah secara bertahap dalam periode tertentu.
Kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di India di antaranya:

Kerajaan Ghazna

Cikal bakal kerajaan ini adalah sebuah kerajaan kecil yang berdaulat penuh dengan ibu kotanya Ghazni. Pendirinya adalah seorang hambasahaya dari Kerajaan Turki yang dapat memerdekakan dirinya. Dan namanya adalah Alpitigin. Kemudian ia digantikan oleh menantunya yang bernama Sabaktigin (Mahmud Sabaktigin bin Alp Takin dari Ghazna). Dibawah pemerintahannya Kerajaan Ghazna semakin luas berkembang sampai Afganistan. Kemudian dibawah penggantinya yaitu Mahmud Ghazna berhasil memasuki perbatasan India, negara tetangga yang kaya raya dan sangat diidam-idamkan para leluhurnya itu. Namun sepeninggal Mahmud Ghazna, pamor Kerajaan Ghazna menjadi pudar.

Kerajaan Ghori

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1186. Pendirinya ialah Alaiddin Husen bin Husen. Rajanya yang terkenal ialah Muhammad Abul Mudzaffar bin Husein Al Ghari yang berhasil menaklukkan Delhi, Kanuj, And, Gujarat, Benares, Bihar, dan Benggala.
Sepeninggal Abul Muzaffar, yang menjadi raja adalah dari dinasti hamba sahaya (mamluk) seperti Qutbuddin Aibak (1206-1211 M); Malik Syamsuddin Iltutmiah / At Tamasy (1211 - 1236 M); dan Bulban (1236 - 1287 M). Sepeninggal Bulban, Kerajaan Ghori runtuh. Peninggalan mereka adalah masjid “Jami” di Delhi dan menara “Khuttub Mini” yang menjulang tinggi.

Kerajaan Khilji / Khiljia (1290 - 1320 M)

Kerajaan ini didirikan oleh Jalaluddin. Pada masa pemerintahannya kerajaan berada dalam keadaan aman. Akan tetapi raja akhirnya terbunuh oleh Alauddin, kemenakannya sendiri. Pada masa inilah orang-orang Mongol (di India disebut orang Moghul atau Mughal) mulai memasukiIndia dan berangsur-angsur menetap disana.

Kerajaan Tuglaq / Kesultanan Delhi (1321 - 1388 M)

Kerajaan Khilji runtuh akibat serangan Syamsuddin Malik dari dinasti Tughlak. Kerajaan ini mencapai kejayaan pada masa Firus Syah Tughlak.

Kerajaan Lodi (1451 - 1526 M)

Setelah dinasti Tughlaq runtuh pada tahun 1388 M, tidak diketahui siapa penerusnya. Namun pada tahun 1414 M muncul Khizir Khan yang mendirikan dinasti Sayyid. Tetapi dinasti Sayyid akhirnya dikalahkan oleh dinasti Lodi (1451-1526 M) dengan rajanya yang terkenal bernama Ibrahim Lodi. Dinasti Lodi ini berakhir karena dikalahkan oleh orang-orang Mughal.

Kerajaan Mughal (1256 - 1258 M)

Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482 - 1530), salah satu keturunan kelima dari Timur Lenk (penghancur Kota Delhi). Raja-raja Mughal yang memerintah di India sebanyak 26 orang. Namun raja-raja yang terkenal selain Babur adalah Humayun, Akbar, Jehangir, Syah Jehan, dan Aurangzeb. Setelah 6 raja tersebut, Kerajaan Mughal berangsur-angsur mengalami kemerosotan.

Baca juga : Bangunan bersejarah islam peninggalan dinasti Mughal

Masa pemerintahan Kerajaan Mughal merupakan puncak kekuasaan muslim di India. Seni, sastra, dan arsitektur berkembang; namun yang dapat dinikmati sekarang lebih banyak berupa karya arsitektur. Pada masa akbar dibangun Istana Fatepur Sikri di Sikri, villa dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal (makam istri Syah jehan yang bernama Arjumand Bano / Mumtaz Mahal) di Agra, Masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.

Perkembangan Islam di India

Meskipun India lama dikuasai oleh pemerintahan Islam, namun orang Islam di India tergolong minoritas. Tekanan-tekanan terhadap umat Islam sering kali sangat keras. Meski demikian umat Islam berusaha bertahan. Mereka berusaha menggerakkan bidang pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan. Sekolah-sekolah dan akademi-akademi serta universitas Islam sebagai peninggalan kerajaan-kerajaan Islam terdahulu sampai sekarang tetap berjalan. Misalnya Darul Ulum dan Nadwatul Ulama di Lucknow, Universitas Osmaniyyah dan Akademi Dairatul Maarif di Heiderabad. Organisasi-organisasi mahasiswa Islam juga berkembang di berbagai universitas.

New Delhi Pusat Perkembangan Islam di India



Masyarakat Muslim memang tidak mayoritas di India. Tapi, tidak di Ibu Kota New Delhi yang merupakan kota dengan populasi Muslim tinggi di India.

Ya, New Delhi sudah menjadi pusat Islam Kerajaan Moghul. Hingga kini, Islam tumbuh dan berkembang dengan baik disana. Bahkan di pemerintahan profesional, Muslim juga tampil sebagai pejabat maupun anggota dewan. Tak hanya itu, para cendikiawan di New Delhi juga mayoritas Muslim jebolan dari perguruan-perguruan tinggi Islam.

Islam yang selalu dipandang radikal oleh Barat, tidak tergambar di New Delhi. Pemerintah India bahkan memberlakukan hari libur saat perayaan hari besar agama Islam.

Sementara dari sisi pakaian, meski tak berjilbab, para muslimah di New Delhi tetap menggunakan baju panjang yang relatif tertutup.

New Delhi juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas Muslim. Meski beragam, tapi komunitas itu cenderung seragam yakni memiliki menganut mahzab Hanafi. Dan hanya beberapa saja yang bermahzab Syiah.

Ratzi menjelaskan, sejak 2000 lalu, kesadaran kebangkitan mempelajari Islam mulai menyebar di New Delhi. Hal ini ditandai dengan bermunculannya taman pengajian Al Quran (TPA).

Hingga saat ini semakin berkembang dan setiap masjid kini memiliki TPA. Kehadiran TPA dinilai sangat efektif dalam membangkitkan ajaran Islam. Dengan membuka TPA dari pagi hingga sore, tiap anak bisa menyesuaikan waktu belajar di TPA tanpa tertinggal dari sekolah umum.

TPA ini bisa diikuti oleh anak-anak dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Dari TPA ini pula lahirlah hafidz Al Qur'an di kota New Delhi.
Dan bukti terabsah dan tidak bisa terbantahkan dari pesatnya perkembangan Islam di New Delhi adalah kehadiran Taj Mahal, satu dari keajaiban dunia.

Bangunan indah dan megah itu sumbangan peradaban masyarakat Muslim, sebuah karya arsitektur yang sangat tinggi. Taj Mahal merepresentasikan kemajuan masyarakat Muslim pada zamannya, sekaligus menunjukkan kepada dunia betapa peradaban masyarakat Muslim sudah sedemikian maju.

Taj Mahal yang terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra, India sekitar 190 kilometer dari New Delhi, dibangun Syah Jehan Raja Mogul V untuk menghormati istrinya Arjuman Banu Begum atau Mumtaz Mahal. Istana pilihan yang di dalamnya terdapat makam mulai dibangun pada 1632 silam dengan mempekerjakan 20 ribu orang. Pemangunan itu menelan biaya 40 juta rupee. Bangunan inti selesai pada 1643 dan secara keseluruhan rampung pada 1654.

Taj Mahal juga menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk yang majemuk namun kepemimpinan raja bijak. Meski menganut ajaran Islam, Dinasti Mogul tetap tetap memberikan hak hidup terhadap beragam agama dan keyakinan. Syah Jehan mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil sebagai pemimpin yang sukses.
referensi
-http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/03/30/m1otmh-new-delhi-pusat-perkembangan-islam-di-india
-http://mbegedut.blogspot.com/2010/12/sejarah-masuknya-islam-di-india.html#.UQm77R3PQ0k

Sejarah Masuk Islam di Kepulauan Buton - Sulawesi Tenggara

Longa-longa_Bendera_Kesultanan_ButonSebelum kita membahas sejarah perkembangan islam di pulau Buton, ada baiknya kita mengetahui sedikit tentang Buton. Kesultanan Buton terletak di Kepulauan Buton (Kepulauan Sulawesi Tenggara) Provinsi Sulawesi tenggara. Pada zaman dahulu memiliki kerajaan sendiri yang bernama kerajaan Buton dan berubah menjadi bentuk kesultanan yang dikenal dengan nama Kesultanan Buton. Nama Pulau Buton dikenal sejak zaman pemerintahan Majapahit, Patih Gajah Mada dalam Sumpah Palapa.

Sejarah Masuknya islam di kerajaan Buton masih simpang siur ada yang mengatakan berawal dari datangnya Sayid Jamaluddin al-Kubra di Pulau Buton, yaitu pada tahun 815 H/1412 M. Ulama tersebut diundang oleh Raja Mulae Sangia i-Gola dan bagindapun langsung memeluk agama Islam. Lebih kurang seratus tahun kemudian, dilanjutkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani yang menurut beberapa sumber berasal dari Johor. Kedatangannya tersebut berhasil mengislamkan Raja Buton yang ke-6 sekitar tahun 948 H/ 1538 M. Namun Riwayat lain mengatakan  itu terjadi pada tahun 1564 M. Sehingga kedatangan Syeikh Abdul Wahid di Buton masih belum jelas pada tahun berapa. Oleh itu dalam artikel ini dirasakan perlu dikemukakan beberapa perbandingan. Dalam masa yang sama dengan kedatanganSyeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al- Fathani, diriwayatkan bahwa di Callasusung (Kulisusu), salah sebuah daerah kekuasaan KerajaanButon, didapati semua penduduknya sudah beragama Islam.

Baca Juga : Sejarah Perkembangan Islam di Konawe - Kendari

Dalam riwayat yang lain menyebut bahwa yang melantik Sultan Buton yang pertama memeluk Islam, bukan Syeikh Abdul Wahid tetapi guru beliau yang sengaja didatangkan dari Patani. Raja Halu Oleo setelah ditabalkan sebagai Sultan Kerajaan Islam Buton pertama, dinamakan Sultan Murhum.

Selain pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari Johor, ada pula pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari Ternate. Dipercayai orang-orang Melayu dari berbagai daerah telah lama sampai di Pulau Buton. Mengenainya dapat dibuktikan bahwa walaupun Bahasa yang digunakan dalam Kerajaan Buton ialah bahasa Wolio, namun dalam masa yang sama digunakanBahasa Melayu, terutama bahasa Melayu yang dipakai di Malaka, Johor dan Patani. Orang-orang Melayu tinggal di Pulau Buton, sebaliknya orang-orang Buton pula termasuk kaum yang pandai belayar seperti orang Bugis juga.

Pada masa kesultanan Buton yang bercorak system pemerintahan syariat islam pada masa itu sangat dikenal dan diakui oleh Negara kesultanan yang lain di nusantara bahkan di jaringan kekhalifahan kesultanan yang ada dunia. Sehingga sultan Buton di anugerahi gelar Khalifatul Khamis oleh Khalifa Otsmaniah, sebuah gelar yang umum di gunakan oleh para sultan dalam jaringan kekhalifahan Otsmaniah. Ketika itu Khilafa Islamia di Turki-Istanbul (Kesultanan Otsmaniah) sebagai pusat pemerintaahan islam mengakui kedaulatan Kesultanan Buton yang menjalankan secarah penuh syariat islam dalam system pemerintahannya.


Raja Buton Masuk Islam


Keraton Buton
Kerajaan Buton secara resminya menjadi sebuah kerajaan Islam pada masa pemerintahan Raja Buton ke-6, yaitu Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo. Bagindalah yang diislamkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani yang datang dari Johor. Menurut beberapa riwayat bahwa Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani sebelum sampai di Buton pernah tinggal di Johor. Selanjutnya bersama isterinya pindah ke Adonara (Nusa Tenggara Timur). Kemudian beliau sekeluarga berhijrah pula ke Pulau Batu atas yang termasuk dalam pemerintahan Buton.

Di Pulau Batu atas, Buton, Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani bertemu Imam Pasai yang kembali dari Maluku menuju Pasai (Aceh). Imam Pasai menganjurkan Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani pergi ke Pulau Buton, menghadap Raja Buton. Syeikh Abdul Wahid setuju dengan anjuran yang baik itu. Setelah Raja Buton memeluk Islam, Baginda langsung ditabalkan menjadi Sultan Buton oleh Syeikh Abdul Wahid pada tahun 948 H/1538 M.

Mengenai tahun tersebut, masih dipertikaikan karena sumber lain menyebutkan bahwa Syeikh Abdul Wahid merantau dari Patani-Johor ke Buton pada tahun 1564 M. Sultan Halu Oleo dianggap sebagai Sultan Buton pertama, bergelar Sultan atau Ulil Amri dan menggunakan gelar yang khusus yaitu Sultan Qaimuddin. Maksud perkataan ini ialah Kuasa Pendiri Agama Islam.

Menurut La Niampe, salah satu putra Buton mengatakan bahwa :
  1. Syeikh Abdul Wahid pertama kali sampai di Buton pada tahun 933 H/1526 M.
  2. Syeikh Abdul Wahid sampai ke Buton kali kedua pada tahun 948 H/1541 M.
  3. Kedatangan Syeikh Abdul Wahid yang kedua di Buton pada tahun 948 H/1541 M bersama guru beliau yang bergelar Imam Fathani. Ketika itulah terjadi pengislaman beramai-ramai dalam lingkungan Istana Kesultanan Buton dan sekaligus melantik Sultan Murhum sebagai Sultan Buton pertama.
Pendapat lain dari kertas kerja Susanto Zuhdi berjudul Kabanti Kanturuna Mohelana Sebagai Sumber Sejarah Buton, menyebut bahwa Sultan Murhum adalah Sultan Buton yang pertama memerintah dalam lingkungan tahun 1491 M - 1537 M. Menurut Maia Papara Putra dalam bukunya, Membangun dan Menghidupkan Kembali Falsafah Islam Hakiki Dalam Lembaga Kitabullah, bahwa ``Kesultanan Buton menegakkan syariat Islam ialah pada tahun 1538 Miladiyah.

Jika kita bandingkan riwayat-riwayat diatas tahun (1564 M), dengan tahun yang disebutkan oleh La Niampe (948 H/1541 M) dan tahun yang disebutkan oleh Susanto Zuhdi (1537 M), berarti dalam tahun 948 H/1541 M dan tahun 1564 M, Sultan Murhum tidak menjadi Sultan Buton lagi karena masa beliau telah berakhir pada tahun 1537 M. Setelah meninjau berbagai aspek, nampaknya kedatangan Syeikh Abdul Wahid di Buton dua kali (tahun 933 H/1526 M dan tahun 948 H/1541 M) yang diberikan oleh La Niampe adalah lebih meyakinkan.

Yang menarik pula untuk dibahas ialah keterangan La Niampe yang menyebut bahwa Kedatangan Syeikh Abdul Wahid yang kedua kali di Buton pada tahun 948 H/1541 M itu bersama Imam Fathani yang mengislamkan lingkungan Istana Buton, sekaligus melantik Sultan Murhum sebagai Sultan Buton yang pertama. Apa sebab Sultan Buton yang pertama itu dilantik/dinobatkan oleh Imam Fathani? Dan apa pula sebabnya sehingga Sultan Buton yang pertama itu bernama Sultan Murhum, sedangkan di Patani terdapat satu kampung bernama Kampung Parit Murhum.

Kampung Parit Murhum berdekatan dengan Kerisik, yaitu pusat seluruh aktivitas Kesultanan Fathani Darus Salam pada zaman dahulu. Semua yang tersebut itu sukar untuk dijawab. Apakah semuanya ini secara kebetulan saja atau pun memang telah terjalin sejarah antara Patani dan Buton sejak lama, yang memang belum diketahui oleh para penyelidik.

Jauh sebelum ini telah ada orang yang menulis bahwa ada hubungan antara Patani dengan Ternate. Dan cukup terkenal legenda bahawa orang Buton sembahyang Jumaat di Ternate.
Perbedaan syariat pemerintahan Islam Buton adalah Kerajaan Islam Buton berdasarkan Martabat Tujuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerajaan Islam Buton lebih mengutamakan ajaran tasawuf daripada ajaran yang bercorak zahiri. Namun demikian ajaran syariat tidak diabaikan.

Semua perundangan ditulis dalam bahasa Walio menggunakan huruf Arab, yang dinamakan Buru Wolio seperti kerajaan-kerajaan Melayu menggunakan bahasa Melayu tulisan Melayu/Jawi. Huruf dan bahasa tersebut selain digunakan untuk perundangan, juga digunakan dalam penulisan salsilah kesultanan, naskhah-naskhah dan lain-lain. Tulisan tersebut mulai tidak berfungsi lagi menjelang kemerdekaan Indonesia 1945.

Referensi :
-http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Buton
-http://munsirmediagaleri.blogspot.com/2012/12/sejarah-berdiri-runtuh-dan-perkembangan_28.html

Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Pagaruyung - Sumatera Barat

Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah Kerajaan Islam Melayu yang pernah berdiri di provinsi Sumatera Barat. Nama kerajaan ini dirujuk dari Tambo yang ada pada masyarakat Minangkabau, yaitu nama sebuah nagari (Nagari adalah pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Istilah nagari menggantikan istilah desa, yang digunakan di provinsi lain di Indonesia.) yang bernama Pagaruyung, dan juga dapat dirujuk dari inskripsi cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar dari Pagaruyung, yaitu pada tulisan beraksara Jawi dalam lingkaran bagian dalam yang berbunyi sebagai berikut: Sultan Tangkal Alam Bagagar ibnu Sultan Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung Dārul Qarār Johan Berdaulat Zillullāh fīl 'Ālam.


Kerajaan ini mengalami keruntuhan pada masa Perang Padri, setelah ditandatanganinya perjanjian antara Kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.

Sebelumnya kerajaan ini tergabung dalam Kerajaan Malayapura. Dalam prasasti Amoghapasa disebutkan bawah kerajaan Malayapara dipimpin oleh Adityawarman yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayu di Suwarnabhumi. Kerajaan kerajaan lain yang juga masuk dalam wilayah Malayapura adalah kerajaan Dharmasraya dan beberapa kerajaan atau daerah yang ditaklukan Adityawarman.

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Aceh Darussalam

Sejarah Pendirian

Sejarah berdirinya kerajaan Pagaruyung belum dapat diketahui dengan pasti dikarenakan sumber sejarah yang tidak begitu jelas. Dari Tambo yang diterima oleh masyarakat Minangkabau tidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggap Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak jelas menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya menjadi Tuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari Prasasti Batusangkar.

Menurut sumber tertulis dari manuskrip yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang Arca Amoghapasa disebutkan bahwa pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di Malayapura, Adityawarman merupakan putra dari Adwayawarman seperti yang terpahat pada Prasasti Kuburajo dan anak dari Dara Jingga, putri dari kerajaan Dharmasraya seperti yang disebut dalam Pararaton. Ia sebelumnya bersama-sama Mahapatih Gajah Mada berperang menaklukkan Bali dan Palembang, pada masa pemerintahannya kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah pedalaman Minangkabau.

Dari prasasti Suruaso yang beraksara Melayu menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi taman Nandana Sri Surawasa yang senantiasa kaya akan padi yang sebelumnya dibuat oleh pamannya yaitu Akarendrawarman yang menjadi raja sebelumnya, sehingga dapat dipastikan sesuai dengan adat Minangkabau, pewarisan dari mamak (paman) kepada kamanakan (kemenakan) telah terjadi pada masa tersebut.Sementara pada sisi lain dari saluran irigasi tersebut terdapat juga sebuah prasasti yang beraksara Nagari atau Tamil, sehingga dapat menunjukan adanya sekelompok masyarakat dari selatan India dalam jumlah yang signifikan pada kawasan tersebut.

Awalnya Majapahit mengirim Adityawarman ke sumatera untuk menundukkan daerah daerah penting disana dan menjadi raja bawahan (uparaja) dari kekuasaaan Majapahit. Namun dari prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh raja ini belum ada satu pun yang menyebut sesuatu hal yang berkaitan dengan bhumi jawa dan kemudian dari berita Cina diketahui Adityawarman pernah mengirimkan utusan ke Cina sebanyak 6 kali selama rentang waktu 1371 sampai 1377.

Sepeninggalan Adityawarman, kemungkinan Majapahit mengirimkan kembali ekspedisi untuk menaklukan kerajaan ini pada tahun 1409. Legenda-legenda Minangkabau mencatat pertempuran dahsyat dengan tentara Majapahit di daerah Padang Sibusuk. Konon daerah tersebut dinamakan demikian karena banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana. Menurut legenda tersebut tentara Jawa berhasil dikalahkan.

Sebelum kerajaan ini berdiri, sebenarnya masyarakat di wilayah Minangkabau sudah memiliki sistem politik semacam konfederasi, yang merupakan lembaga musyawarah dari berbagai Nagari dan Luhak. Dilihat dari kontinuitas sejarah, kerajaan Pagaruyung merupakan semacam perubahan sistem administrasi semata bagi masyarakat setempat (Suku Minang).

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Kadriah Pontianak

Pengaruh Hindu-Budha

Prasasti Adityawarman

Pengaruh Hindu-Budha di Sumatera bagian tengah telah muncul kira-kira pada abad ke-13, yaitu dimulai pada masa pengiriman Ekspedisi Pamalayu oleh Kertanagara, dan kemudian pada masa pemerintahan Adityawarman dan putranya Ananggawarman. Kekuasaan dari Adityawarman diperkirakan cukup kuat mendominasi wilayah Sumatera bagian tengah dan sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan gelar Maharajadiraja yang disandang oleh Adityawarman seperti yang terpahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, yang ditemukan di hulu sungai Batang Hari (sekarang termasuk kawasan Kabupaten Dharmasraya).

Dari prasasti Batusangkar disebutkan Ananggawarman sebagai yuvaraja melakukan ritual ajaran Tantris dari agama Buddha yang disebut hevajra yaitu upacara peralihan kekuasaan dari Adityawarman kepada putra mahkotanya, hal ini dapat dikaitkan dengan kronik Tiongkok tahun 1377 tentang adanya utusan San-fo-ts'i kepada Kaisar Cina yang meminta permohonan pengakuan sebagai penguasa pada kawasan San-fo-ts'i.
Beberapa kawasan pedalaman Sumatera tengah sampai sekarang masih dijumpai pengaruhi agama Buddha antara lain kawasan percandian Padangroco, kawasan percandian Padanglawas dan kawasan percandian Muara Takus. Kemungkinan kawasan tersebut termasuk kawasan taklukan Adityawarman. Sedangkan tercatat penganut taat ajaran ini selain Adityawarman pada masa sebelumnnya adalah Kubilai Khan dari Mongol dan raja Kertanegara dariSinghasari.

Pengaruh Islam

Perkembangan agama Islam setelah akhir abad ke-14 sedikit banyaknya memberi pengaruh terutama yang berkaitan dengan sistem patrialineal, dan memberikan fenomena yang relatif baru pada masyarakat di pedalaman Minangkabau. Pada awal abad ke-16, Suma Oriental yang ditulis oleh Tomé Pires antara tahun 1513 dan 1515, mencatat dari ketiga raja Minangkabau, hanya satu yang telah menjadi muslim sejak 15 tahun sebelumnya.

Masuk dan berkembangnya Islam di Pagaruyung kira-kira pada abad ke-16 melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif.

Dengan masuknya agama Islam, maka aturan adat yang bertentangan dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan dan hal-hal yang pokok dalam adat diganti dengan aturan agama Islam. Pepatah adat Minangkabau yang terkenal: "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah", yang artinya adat Minangkabau bersendikan pada agama Islam, sedangkan agama Islam bersendikan pada Al-Qur'an. Namun dalam beberapa hal masih ada beberapa sistem dan cara-cara adat masih dipertahankan dan inilah yang mendorong pecahnya perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Padri yang pada awalnya antara Kaum Padri (ulama) dengan Kaum Adat, sebelum Belanda melibatkan diri dalam peperangan ini.

Islam juga membawa pengaruh pada sistem pemerintahan kerajaaan Pagaruyung dengan ditambahnya unsur pemerintahan seperti Tuan Kadi dan beberapa istilah lain yang berhubungan dengan Islam. Penamaan negari Sumpur Kudus yang mengandung kata kudus yang berasal dari kata Quduus (suci) sebagai tempat kedudukan Rajo Ibadat dan Limo Kaum yang mengandung kataqaum jelas merupakan pengaruh dari bahasa Arab atau Islam. Selain itu dalam perangkat adat juga muncul istilah Imam, Katik (Khatib), Bila (Bilal), Malin (Mu'alim) yang merupakan pengganti dari istilah-istilah yang berbau Hindu dan Buddha yang dipakai sebelumnya misalnya istilah Pandito (pendeta).

Hubungan dengan Belanda dan Inggris

Pada awal abad ke-17, kerajaan ini terpaksa harus mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh, dan mengakui para gubernur Aceh yang ditunjuk untuk daerah pesisir pantai barat Sumatera. Namun sekitar tahun 1665, masyarakat Minang di pesisir pantai barat bangkit dan memberontak terhadap gubernur Aceh. Dari surat penguasa Minangkabau yang menyebut dirinya Raja Pagaruyungmengajukan permohonan kepada VOC, dan VOC waktu itu mengambil kesempatan sekaligus untuk menghentikan monopoli Aceh atas emas dan lada. Selanjutnya VOC melalui seorang regentnya di Padang, Jacob Pits yang daerah kekuasaannya meliputi dari Kotawan di selatan sampai ke Barus di utara Padang mengirimkan surat tanggal 9 Oktober 1668 ditujukan kepada Sultan Ahmadsyah, Iskandar Zur-Karnain, Penguasa Minangkabau yang kaya akan emas serta memberitahukan bahwa VOC telah menguasai kawasan pantai pesisir barat sehingga perdagangan emas dapat dialirkan kembali pada pesisir pantai. Menurut catatan Belanda, Sultan Ahmadsyah meninggal dunia tahun 1674 dan digantikan oleh anaknya yang bernama Sultan Indermasyah.

Ketika VOC berhasil mengusir Kesultanan Aceh dari pesisir Sumatera Barat tahun 1666, melemahlah pengaruh Aceh pada Pagaruyung. Hubungan antara daerah-daerah rantau dan pesisir dengan pusat Kerajaan Pagaruyung menjadi erat kembali. Saat itu Pagaruyung merupakan salah satu pusat perdagangan di pulau Sumatera, disebabkan adanya produksi emas di sana. Demikianlah hal tersebut menarik perhatian Belanda dan Inggris untuk menjalin hubungan dengan Pagaruyung. Terdapat catatan bahwa tahun 1684, seorang Portugis bernama Tomas Dias melakukan kunjungan ke Pagaruyung atas perintah gubernur jenderal Belanda di Malaka.

Sekitar tahun 1750 kerajaan Pagaruyung mulai tidak menyukai keberadaan VOC di Padang dan pernah berusaha membujuk Inggris yang berada di Bengkulu, bersekutu untuk mengusir Belanda walaupun tidak ditanggapi oleh pihak Inggris. Namun pada tahun 1781 Inggris berhasil menguasai Padang untuk sementara waktu, dan waktu itu datang utusan dari Pagaruyung memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Inggris mengusir Belanda dari Padang. Menurut Marsden tanah Minangkabau sejak lama dianggap terkaya dengan emas, dan waktu itu kekuasaan raja Minangkabau disebutnya sudah terbagi atas raja Suruaso dan raja Sungai Tarab dengan kekuasaan yang sama. Sebelumnya pada tahun 1732, regent VOC di Padang telah mencatat bahwa ada seorang ratu bernama Yang Dipertuan Puti Jamilan telah mengirimkan tombak dan pedang berbahan emas, sebagai tanda pengukuhan dirinya sebagai penguasa bumi emas. Walaupun kemudian setelah pihak Belanda maupun Inggris berhasil mencapai kawasan pedalaman Minangkabau, namun mereka belum pernah menemukan cadangan emas yang signifikan dari kawasan tersebut.

Sebagai akibat konflik antara Inggris dan Perancis dalam Perang Napoleon di mana Belanda ada di pihak Perancis, maka Inggris memerangi Belanda dan kembali berhasil menguasai pantai barat Sumatera Barat antara tahun 1795 sampai dengan tahun 1819. Thomas Stamford Raffles mengunjungi Pagaruyung pada tahun 1818, yang sudah mulai dilanda peperangan antara kaum Padri dan kaum Adat. Saat itu Raffles menemukan bahwa ibu kota kerajaan mengalami pembakaran akibat peperangan yang terjadi. Setelah terjadi perdamaian antara Inggris dan Belanda pada tahun 1814, maka Belanda kembali memasuki Padang pada bulan Mei tahun 1819. Belanda memastikan kembali pengaruhnya di pulau Sumatera dan Pagaruyung, dengan ditanda-tanganinya Traktat London pada tahun 1824 dengan Inggris.

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Demak

Runtuhnya Pagaruyung

Kekuasaan raja Pagaruyung sudah sangat lemah pada saat-saat menjelang perang Padri, meskipun raja masih tetap dihormati. Daerah-daerah di pesisir barat jatuh ke dalam pengaruh Aceh, sedangkan Inderapura di pesisir selatan praktis menjadi kerajaan merdeka meskipun resminya masih tunduk pada raja Pagaruyung.
Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara Kaum Padri dan Kaum Adat. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu dibeberapa negeri dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan puncaknya Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun 1815. Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan ke Lubuk Jambi.
Karena terdesak oleh Kaum Padri, keluarga kerajaan Pagaruyung meminta bantuan kepada Belanda, dan sebelumnya mereka telah melakukan diplomasi dengan Inggris sewaktu Raffles mengunjungi Pagaruyung serta menjanjikan bantuan kepada mereka. Pada tanggal 10 Februari 1821 Sultan Tangkal Alam Bagagarsyah, yaitu kemenakan dari Sultan Arifin Muningsyah yang berada di Padang, beserta 19 orang pemuka adat lainnya menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerjasama dalam melawan Kaum Padri. Walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak berhak membuat perjanjian dengan mengatasnamakan kerajaan Pagaruyung. Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Belanda. Kemudian setelah Belanda berhasil merebut Pagaruyung dari Kaum Padri, pada tahun 1824 atas permintaan Letnan Kolonel Raaff, Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Muningsyah kembali ke Pagaruyung, namun pada tahun 1825 Sultan Arifin Muningsyah, raja terakhir di Minangkabau ini, wafat dan kemudian dimakamkan di Pagaruyung.

Sementara Sultan Tangkal Alam Bagagarsyah pada sisi lain ingin diakui sebagai Raja Pagaruyung, namun pemerintah Hindia-Belanda dari awal telah membatasi kewenangannya dan hanya mengangkatnya sebagai Regent Tanah Datar. Kemungkinan karena kebijakan tersebut menimbulkan dorongan pada Sultan Tangkal Alam Bagagar untuk mulai memikirkan bagaimana mengusir Belanda dari negerinya.

Setelah menyelesaikan Perang Diponegoro di Jawa, Belanda kemudian berusaha menaklukkan Kaum Padri dengan kiriman tentara dari Jawa,Madura, Bugis dan Ambon. Namun ambisi kolonial Belanda tampaknya membuat kaum adat dan Kaum Padri berusaha melupakan perbedaan mereka dan bersekutu secara rahasia untuk mengusir Belanda. Pada tanggal 2 Mei 1833 Sultan Tangkal Alam Bagagar ditangkap oleh Letnan Kolonel Elout di Batusangkar atas tuduhan pengkhianatan. Ia dibuang ke Batavia (Jakarta sekarang) sampai akhir hayatnya, dan dimakamkan di pekuburan Mangga Dua.

Setelah kejatuhannya, pengaruh dan prestise kerajaan Pagaruyung tetap tinggi terutama pada kalangan masyarakat Minangkabau yang berada di rantau. Salah satu ahli waris kerajaan Pagaruyung diundang untuk menjadi penguasa di Kuantan. Begitu juga sewaktu Raffles masih bertugas di Semenanjung Malaya, dia berjumpa dengan kerabat Pagaruyung yang berada di Negeri Sembilan, dan Raffles bermaksud mengangkat Yang Dipertuan Ali Alamsyah yang dianggapnya masih keturunan langsung raja Minangkabau sebagai raja di bawah perlindungan Inggris. Sementara setelah berakhirnya Perang Padri, Tuan Gadang di Batipuh meminta pemerintah Hindia-Belanda untuk memberikan kedudukan yang lebih tinggi dari pada sekadar Regent Tanah Datar yang dipegangnya setelah menggantikan Sultan Tangkal Alam Bagagar, namun permintaan ini ditolak oleh Belanda, hal ini nantinya termasuk salah satu pendorong pecahnya pemberontakan tahun 1841 di Batipuh selain masalah cultuurstelsel.

Wilayah Kekuasaan

Menurut Tomé Pires dalam Suma Oriental, tanah Minangkabau selain dataran tinggi pedalaman Sumatera tempat dimana rajanya tinggal, juga termasuk wilayah pantai timur Arcat (antara Aru dan Rokan) ke Jambi dan kota-kota pelabuhan pantai barat Panchur (Barus), Tiku dan Pariaman. Dari catatan tersebut juga dinyatakan tanah Indragiri, Siak dan Arcat merupakan bagian dari tanah Minangkabau, dengan Teluk Kuantan sebagai pelabuhan utama raja Minangkabau tersebut. Namun belakangan daerah-daerah rantau seperti Siak, Kampar dan Indragiri kemudian lepas dan ditaklukkan oleh Kesultanan Malaka dan Kesultanan Aceh.

Wilayah pengaruh politik Kerajaan Pagaruyung adalah wilayah tempat hidup, tumbuh, dan berkembangnya kebudayaan Minangkabau. Wilayah ini dapat dilacak dari pernyataan Tambo (legenda adat) berbahasa Minang ini:

Dari Sikilang Aia Bangih

Hingga Taratak Aia Hitam

Dari Durian Ditakuak Rajo

Hingga Sialang Balantak Basi

Sistem pemerintahan

Aparat pemerintahan

Adityawarman pada awalnya menyusun sistem pemerintahannya mirip dengan sistem pemerintahan yang ada di Majapahit masa itu, meskipun kemudian menyesuaikannya dengan karakter dan struktur kekuasaan kerajaan sebelumnya (Dharmasraya dan Sriwijaya) yang pernah ada pada masyarakat setempat. Ibukota diperintah secara langsung oleh raja, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh Datuk setempat.
Setelah masuknya Islam, Raja Alam yang berkedudukan di Pagaruyung melaksanakan tugas pemerintahannya dengan bantuan dua orang pembantu utamanya (wakil raja), yaitu Raja Adat yang berkedudukan di Buo, dan Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus. Bersama-sama mereka bertiga disebut Rajo Tigo Selo, artinya tiga orang raja yang "bersila" atau bertahta. Raja Adat memutuskan masalah-masalah adat, sedangkan Raja Ibadat mengurus masalah-masalah agama. Bila ada masalah yang tidak selesai barulah dibawa ke Raja Pagaruyung. Istilah lainnya yang digunakan untuk mereka dalam bahasa Minang adalah tigo tungku sajarangan. Untuk sistem pergantian raja di Minangkabau menggunakan sistem patrilineal berbeda dengan sistem waris dan kekerabatan suku yang masih tetap pada sistem matrilineal.
Selain kedua raja tadi, Raja Alam juga dibantu oleh para pembesar yang disebut Basa Ampek Balai, artinya "empat menteri utama". Mereka adalah:

Bandaro yang berkedudukan di Sungai Tarab.

Makhudum yang berkedudukan di Sumanik.

Indomo yang berkedudukan di Suruaso.

Tuan Gadang yang berkedudukan di Batipuh.

Belakangan, pengaruh Islam menempatkan Tuan Kadi yang berkedudukan di Padang Ganting masuk menjadi Basa Ampek Balai. Ia mengeser kedudukan Tuan Gadang di Batipuh, dan bertugas menjaga syariah agama.

Sebagai aparat pemerintahan, masing-masing Basa Ampek Balai punya daerah-daerah tertentu tempat mereka berhak menagih upeti sekadarnya, yang disebut rantau masing-masing pembesar tersebut. Bandaro memiliki rantau di Bandar X, rantau Tuan Kadi adalah di VII Koto dekat Sijunjung, Indomo punya rantau di bagian utara Padang sedangkan Makhudum punya rantau di Semenanjung Melayu, di daerah permukiman orang Minangkabau di sana.

Selain itu dalam menjalankan roda pemerintahan, kerajaan juga mengenal aparat pemerintah yang menjalankan kebijakan dari kerajaan sesuai dengan fungsi masing-masing, yang sebut Langgam nan Tujuah. Mereka terdiri dari:

Pamuncak Koto Piliang

Perdamaian Koto Piliang

Pasak Kungkuang Koto Piliang

Harimau Campo Koto Piliang

Camin Taruih Koto Piliang

Cumati Koto Piliang

Gajah Tongga Koto Piliang

Pemerintahan Darek dan Rantau

Dalam laporannya, Tomé Pires telah memformulasikan struktur wilayah dari tanah Minangkabau dalam darek (land) dan rantau (sea/coast), walaupun untuk beberapa daerah pantai timur Sumatera seperti Jambi dan Palembang disebutkan telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa.

Kerajaan Pagaruyung membawahi lebih dari 500 nagari, yang merupakan satuan wilayah otonom pemerintahan. Nagari-nagari ini merupakan dasar kerajaan, dan mempunyai kewenangan yang luas dalam memerintah. Suatu nagari mempunyai kekayaannya sendiri dan memiliki pengadilan adatnya sendiri. Beberapa buah nagari kadang-kadang membentuk persekutuan. Misalnya Bandar X adalah persekutuan sepuluh nagari di selatan Padang. Kepala persekutuan ini diambil dari kaum penghulu, dan sering diberi gelar raja. Raja kecil ini bertindak sebagai wakil Raja Pagaruyung.

Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadiKoto, dari Koto manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi pemerintahan di kawasan Minang dimulai dari struktur terendah disebut dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari. Biasanya setiap nagari yang dibentuk minimal telah terdiri dari 4 suku yang mendomisili kawasan tersebut.

Darek

Di daerah Darek atau daerah inti Kerajaan Pagaruyung terbagi atas 3 luhak (Luhak Nan Tigo, yaitu LuhakTak nan Data, belakangan menjadi Luhak Tanah Data, Luhak Agam dan Luhak Limopuluah). Sementara pada setiap nagari pada kawasan luhak ini diperintah oleh para penghulu, yang mengepalai masing-masing suku yang berdiam dalam nagari tersebut. Penghulu dipilih oleh anggota suku, dan warga nagari untuk memimpin dan mengendalikan pemerintahan nagari tersebut. Keputusan pemerintahan diambil melalui kesepakatan para penghulu di Balai Adat, setelah dimusyawarahkan terlebih dahulu. Di daerah inti Kerajaan Pagaruyung, Raja Pagaruyung tetap dihormati walau hanya bertindak sebagai penengah dan penentu batas wilayah.

Rantau

Raja Pagaruyung mengendalikan secara langsung daerah Rantau. Ia boleh membuat peraturan dan memungut pajak di sana. Rantau merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu masuk ke alam Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari kehidupan, kawasan perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan Rantau nan duo terbagi atas Rantau di Hilia (kawasan pesisir timur) danRantau di Mudiak (kawasan pesisir barat).

Masing-masing luhak memiliki wilayah rantaunya sendiri. Penduduk Tanah Datar merantau ke arah barat dan tenggara, penduduk Agam merantau ke arah utara dan barat, sedangkan penduduk Limopuluah merantau ke daerah Riau daratan sekarang, yaitu Rantau Kampar, Rokan dan Kuantan. Selain itu, terdapat daerah perbatasan wilayah luhak dan rantau yang disebut sebagai Ujuang Darek Kapalo Rantau. Di daerah rantau seperti di Pasaman, kekuasaan penghulu ini sering berpindah kepada raja-raja kecil, yang memerintah turun temurun. Di Inderapura, raja mengambil gelarsultan. Sementara di kawasan lain mengambil gelar Yang Dipertuan Besar.

Sementara kawasan Rantau Pasisia Panjang atau Banda Sapuluah (Bandar Sepuluh) dipimpin oleh Rajo nan Ampek (4 orang yang bergelar raja; Raja Airhaji, Raja Bungo Pasang, Raja Kambang, Raja Palangai). Kawasan ini merupakan semacam konfederasi dari 10 daerah atau nagari (negeri), yang masing-masing dipimpin oleh 10 orang penghulu. Nagari-nagari tersebut adalah

Airhaji

Bungo Pasang atau Painan Banda Salido

Kambang

Palangai

Lakitan

Tapan

Tarusan

Batang Kapeh

Ampek Baleh Koto Kabupaten Mukomuko

Limo Koto Kabupaten Mukomuko

Nagari-nagari ini kemudian dikenal sebagai bagian dari Kerajaan Inderapura, termasuk daerah Anak Sungai, yang mencakup lembah Manjuto dan Airdikit (disebut sebagai nagari Ampek Baleh Koto), dan Muko-muko (Limo Koto).

Selain ketiga daerah-daerah rantau tadi, terdapat suatu daerah rantau yang terletak di wilayah Semenanjung Malaya (Malaysia sekarang). Beberapa kawasan rantau tersebut menjadi nagari, kemudian masyarakatnya membentuk konfederasi (semacam Luhak), dan pada masa awal meminta dikirimkan raja sebagai pemimpin atau pemersatu mereka kepada Yang Dipertuan Pagaruyung, kawasan tersebut dikenal sebagai Negeri Sembilan.

sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung 

Sunday, March 29, 2015

Sejarah Perkembangan Islam di Thailand

Sejarah masuk Islam di Thailand


Islam tidak serta merta ada di negeri Siam (sekarang Thailand). Meskipun Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, akan tetapi Islam merupakan agama minoritas di daratan utama asia tenggara yang telah huni oleh Hindu dan Budha jauh sebelum Islam datang ke daerah tersebut sekitar abad ke-9, Hal ini sedikit bertentangan dengan apa yang dikemukakan Azyumardi Azra dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Asia Tenggara, bahwa Islam masuk di Thailand diperkirakan pada Abad ke-10 atau ke-11, di kawasan Thailand selatan atau tepatnya di daerah Pattani.
Islampun masuk ke daerah kerajaan Pattani melalui pedagang-pedagang muslim dari Arab dan India, karena daerah Pattani merupakan daerah yang maju dan strategis untuk disinggahi. yang mana mereka disebut sebagai khek Islam atau orang muslim sebelum kerajaan Siam (Thailand) dibentuk. Karena pada awalnya, Pattani merupakan daerah yang terpisah dari Siam (saat ini Thailand), Muslims have been in Thailand since before the formation of the Thai kingdoms in the ninth century.

Pada mulanya, Pattani sendiri merupakan kerajaan yang terletak di sebelah selatan Thailand dengan mayoritas penduduk melayu yang dipimpin oleh penguasa muslim yang bernama Sulaiman. dan Siam pada waktu itu berusaha untuk menguasai Pattani dengan mengirimkan pasukannya berkali kali akan tetapi selalu gagal. Hingga pada pemerintahan Sultan Muzhaffar, Pattani menuju zaman keemasannya, sehinnga menarik ketamakan Siam untuk kembali meguasaii Pattani dan akhirnya dapat menguasainya setelah perang bertahun tahun.

Dari sinilah permulaan pemberontakan kaum muslim Pattani untuk melepaskan diri dari Thailand yang telah menguasainya. Pasalnya, Siam bersikap keras dan menekan kaum minoritas muslim dengan menyuruh mengganti nama nama mereka dengan nama Thailand serta mengambi adat istiadatnya


Perkembangan Islam di Thailand

Thailand biasa disebut juga Muangthai, atau Muangthai Risabdah, atau Siam, atau negeri gajah putih, terletak di sebelah utara Malaysia, dan sering dilukiskan  sebagai bunga yang mekar diatas sebuah tangkai. Thailand berarti negeri yang merdeka, karena memang merupakan satu-satunya negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuasaan barat atau Negara lain. Di Thailand, negeri yang mayoritasnya beragama Budha, terdapat lebih dari 10% penduduk muslim dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah kurang lebih 67 juta orang. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama kedua terbesar setelah Budha, umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Budha (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan pembunuhan masal. Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand. Dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai.Dan lebih dari itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, di masa khilafah Umar Bin Khaththab. Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab, akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam (Thailand). Secara garis besar, masyarakat muslim Thailand  dibedakan menjadi 2; masyarakat muslim imigran (pendatang) yang berlokasi di kota Bangkok dan Chiang Mai ( Thailand tengah dan utara), dan masyarakat muslim penduduk asli, yang berada di Pattani (Thailand selatan). Tetapi dalam tatanan sosial, muslim Thailand mendapat julukan yang kurang enak, yaitu khaek (pendatang, orang luar, tamu). Istilah ini juga digunakan untuk menyebut tamu-tamu asing atau imigran lain.


Budha adalah agama terbesar di Thailand dan resmi menjadi agama kerajaan. Kehidupan Budha telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namundapat agama-agama lain, diantaranya adalah Islam, Kristen, Konghucu,  Hindu dan Singh.



     Dan Islam sendiri, setelah meng-alami konflik yang berkepanjangan, akhirnya Islam di Thailand menemui titik kemajuan. Pemerintah memahami betul bahwa upaya untuk menciptakan perdamaian dengan kekuatan militer tidak membuahkan hasil, bahkan memperparah keadaan dan melahirkan perlawanan. Sehingga akhirnya pemerintah, dalam hal ini kerajaan, memberi kesempatan bagi warga muslim untuk beribadah dan menganut kepercayaan masing-masing. Bahkan, Raja Thailand juga menghadiri perayaan acara dan hari-hari penting dalam Islam. Pemerintah juga memperbolehkan warga muslim Thailand untuk menyelenggarakan pendidikan Islam. Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh umat Islam untuk mengembangkan pendidikan Islam disana. Proses pendidikan Islam di Thailand sudah mengalami perkembangan dan kemajuan. Hal itu bisa kita lihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh beberapa lembaga Islam. Seperti pengajian bapak-bapak dan ibi-ibu, TPA/TKA dan kajian mingguan mahasiswa adalah beberapa kegiatan rutin yang diadakan mingguan. Masyarakat dan Pelajar Muslim Indonesia juga mengadakan silaturrahim bulanan dalam forum pengajian Ngaji- khun, yang dilaksanakan di berbagai wilayah di Thailand. Kabar baiknya, pemerintah membantu penerjemahan Al Quran ke dalam bahasa Thai, juga membolehkan warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang lebih tercatat lebih dari 2000 masjid , dan 200 sekolah muslim di Thailand. Umat islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan dan acara-acara keagamaan. Tidak hanya itu saja. Program pengembangan pendidikan Islam di Thailand sudah mencapai level yang lebih dari sekedar nasional dan regional. Umat muslim Thailand bekerjasama dengan beberapa lembaga pendidik- an negara lain, baik yang nasional maupun internasional untuk mengadakan seminar internasional pendidikan Islam. Mereka me-ngirimkan kader-kadernya ke berbagai universitas dunia, seperti Al Azhar Mesir dan Madinah. Dan juga beberapa universitas tanah air, seperti UII, UIN, Universitas Muhammadiyah dan lainnya. Termasuk juga mengirimkan putra-putra Thailand ke berbagai pesantren di Indonesia, termasuk Gontor. Pusat dakwah Islam terbesar di Bangkok terletak di Islamic Center Ramkamhaeng. Hampir semua aktifitas keislaman mulai dari pengajian, layanan pernikahan, serta makanan halal dapat ditemukan. Salah satu orang yang berjasa di bidang sertifikasi makanan halal adalah Winai Dahlan (cucu dari KH Ahmad Dahlan), yang sudah puluh-an tahun tinggal dan menjadi warga Thailand, yang menjabat sebagai direktur dari Halal Science Center di Universitas Chulalongkorn, yang giat melakukan promosi mengenai makanan halal ke seluruh dunia


referensi :
-http://blackfiles.mywapblog.com/sejarah-islam-di-thailand.xhtml
-http://alhusnakuwait.blogspot.com/2012/11/perkembangan-islam-di-thailand.html

Sejarah Perkembangan Islam di Singapura


Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan da’wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat. 
Salah satu contoh yaitu terjadinya akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia. Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada abad ke 17 Masehi.  Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang menunjukan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat, peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Qur’an.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Philipina sampai ke negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat Muslimnya masih sedikit, mulai menunjukan semangat keislamanya. Makalah ini sedikit banyak akan membicarakan perkembangan Islam di negara Singapura dan semangat etnis Melayu yang didominasi oleh umat Muslim dalam perjuangannya membentuk sebuah komunitas di negara tersebut.

Singapura dan Masuknya Islam
Singapura merupaka sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer dibawah kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia.
Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari Zaman T’-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita Marco Polo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknya migran asli atau paling awal.
Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudulMaking Modern Muslim: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia,mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.

Minoritas Umat Islam Singapura
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masayarakat Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa pertahun dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 presentase komponen etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.
Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukan jumlah penduduk Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000 India, 6.000 China dan dari lain-lain asal.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yag dipanggil untuk dinas militer nasional.

Gerakan Keislaman di Singapura
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukan dengan membentuk Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam.
Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh masyaakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya.
Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah.Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jamaah setahuannya.
Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi “jiwa Syariat” dikalangan Muslim Singapura. Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World,mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk memperkejakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam.

         Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuanga mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya.

referensi :
-http://ibnuhazm57.blogspot.com/2012/10/islam-di-singapura.html

Sejarah Perkembangan Islam di Malaysia



Tidak adanya document yang lengkap mengenai kedatangan islam ke Malasyia menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali menyebar Negara ini. Azmi misalnya, berpendapat bahwa islam datang pertama kali ke Malasyia sejak abad ke- 7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah Argument bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang islam sudah sampai ke gugusan pulau- pulau melayu. Para pedagang Arab Muslim yang singgah di Pelabuhan Dagang Indonesia tentu juga singgah di Pelabuhan- pelabuhan dagang Malasyia. Salah satu tempat diantaranya yang mereka singgahi adalah Kedah, Trengganu, dan Malaka.
Hipotesis lain  dikemukakan oleh Fatimi, bahwa islam datang pertama kali sekitar abad ke-8 H (14 M. Ia berpegang pada penemuan Batu bersurat  di Trenganu yang bertanggal 702H (1303M). batu Bersurat itu ditulis dengan aksara Arab. Pada sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah.
Selain itu, Majul mengatakan bahwa Islam pertama tiba di Malaysia sekitar abad ke-15 dan ke-16M. Kedua pendapat ini baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat diterima, karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah tiba jauh sebelum itu, yaitu abad ke-3 H (10 M). pendapat terakhir ini didaraskan pada penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. pada batu nisan ini  tertulis nama Syeikh Abd. Al Qodir Ibnu Husein Syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M).
Baik Fatini maupun Majul agaknya tidak mengetahui tentang penemuan batu nisan di tanjung Kedah ini. Dan tulisan tentangnya di majalah Mastika karena tulisan tersebut diterbitkan pada tahun 1965 sedangkan penelitian mereka masing-masing dihasilkan tahun 1963 dan 1964. Dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Malaysia pada abad ke-10 M.Penetrasi atau Penyebaran Islam di Malaysia
  • Perkembanagn isalam dimalaysia
  • Islam Sebagai Identitas Melayu
  • Kebangkitan Islam di Malaysia
  • Mengadakan kaderisasi Da’I dan mengkoordinir aktivitas Dakwah
  • Meningkatkan mutu dakwah Islamiah
  • meyatukan tenaga dan pikiran serta menyusun barisan yang kuat dan teratur untuk melaksanakan tugas jihad, menegakkan kemaslahatan dan memberantas kemungkaran
Sebagaimana diketahui secara umum, sebelum islam datang ketanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut Animisme, Hinduisme, dan Budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.
Penduduk Malaysia terdiri dari beragam etnis dan agama. Dari 23 juta jiwa jumlah muslim hanya 58.6 % sisanya terdiri dari 18.4% penganut budha, 6.4% Kristen dan 5.3% hindu. Namun demikian citra dan nuansa islam lebih kentara. Ini dapat dilihat dari perbandingan sejumlah Negara yang berpenduduk muslim dan non-muslim yang hampir seimbang, hanya Malaysia yang memberikan banyak tekanan pada symbol-simbol, lembaga dan pengamalan islam. Hal ini dapat dibuktikan mulai dari deklarasi pemerintah untuk merevisi sistem hukum nasional agar lebih selaras dengan hukum islam, deklarasi pemerintah untuk menyusun kembali model dan sistem ekonomi Malaysia menjadi model islam, selanjutnya diikuti oleh penyediaaan infrastuktur dan instusi-instusi islam seperti Bank Islam, Asuransi Islam, Penggadaian Islam ,Yayasan Ekonomi Islam, pembentukkan kelompok number daya islam, serta kelompok khusus penegakkan islam, dan sebagainya.
Mengapa nuansa Islam lebih kuat di Malaysia dibandingkan dengan Indonesia yang penduduknya 90% bergama islam? Hal ini disebabkan oleh faktor sejarah perkembangan islam yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan politik melayu sejak masa kesultanan Malaka.
Berikut ini akan diuraikan secara garis besar tentang faktor-faktor dalam fase sejarah Malaysia mulai mulai dari kedatangan islam hingga perkembangan islam masa kontemporer yang turut menyumbang bagi kuatnya kesadaran islam di Malaysia.
Islam bagi orang Melayu bukan hanya sebatas keyakinan tetapi juga telah menjadi identitas mereka dan menjadi dasar kebudayaan melayu. Pakaian tradisional melayu misalnya telah disesuaikan dengan apa yang dianjurkan oleh Islam.
Disepanjang sejarah asosiasi yang sangat erat antara islam dengan kebudayaan dan identitas melayu ini merupakan sesuatu yang diterima secara umum. “ Sejak membuang kepercayaan Animisme dan memeluk islam selam kerajaan Melaka ( abad ke- 15 ), Bangsa melayu tidak pernah berubah agama. Islam telah menjadi bagian yang menyatu dengan identitas nasional, sejarah, hukum, entitas politik dan kebudayaan melayu. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila islam dianggap sebagi komponen utama budaya melayu, dan sebagai unsur utama identitas melayu.
Dalam bidang politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan pemikiran politik yang dipengaruhi oleh ajaran islam. Sehingga tradisi politik melayu yang berbasis hindu budha sebelum kedatangan islam telah digantikan dengan ide-ide yang diilhami oleh al-quran dan sumber-sumber islam lainnya.
Namun akibat kolonialisasi inggris, identitas keislaman Melayu itu mengalami degradasi,  karena tidak jarang pihak kolonial membuat berbagai kebijakan yang melemahkan fungsi dan peran islam dalam Melayu. Penjajah tanah Melayu, oleh Inggris telah menyebabkan melemahnya nilai-nilai Islam yang telah meresap dalam tatanan tradisonal Melayu. Penjajahan itu tidajk terbatas hanya pada aspek ekonomi dan politik saja tapi termasuk juga penjajahan pikiran dan kebudayaaan.
Kebangkitan Islam di Malaysi terlihat jelas pada upaya muslim Malaysia untuk mengamalkan ajaran Islam lebih serius seperti aktif sholat berjamaah di mesjid, menghadiri wirid pengajian, berhati-hati dalam membeli makanan agar tidak termakan pada yang haram, memakai busana muslim yang mencirikan ketaaatan sebagai muslim. Ini terjadi pada tahun 1970-an  dan mencapai pada puncaknya pada tahun 1980-an.
Lebih jauh, upaya pemerintah untuk meninggikan siar islam dan juga terlihat dari upayanya membangun sejumlah mesjid. Tidak sedikit jumlah mesjid dan surau yang dibangun dan difasilitasi bahkan program-programnya dikoordinir oleh pemerintah. Usaha mengembangkan siar islam juga dilakukan oleh badan-badan seperti Yayasan dakwah Islamiah. Yayasan yang didirikan pada 25 Januari 1974 ini bertujuan :
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa salah satu factor penyebab kuatnya etos islam di Malaysia karena islam masuk kepanggung politik Malaysia, selain itu juga disebabkan oleh saling berkelindannya hubungan antara islam dan kemalayuan sejak masa kesultanan. Islam bukan hanya sebatas agama tetapi juga diakui sebagai identitas. Apa yang sangat membantu menaikkan posisi islam di Malysia adalah dukungan Negara atas Islam. Hanya sedikit negeri muslim didunia yang melangkah begitu jauh seperti Malaysia dalam upayanya memanfaatkan kekuasaan Negara nuntuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran islam dalam kehidupan kaum muslim
referensi :
-http://irfranskusmarna.wordpress.com/2010/08/02/sejarah-islam-di-malaysia/